midwife

midwife
merpati putih

Selasa, 15 Juni 2010

zikra-Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

A. Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas
Ibu mengalami perubahan besar pada fisik dan psikologis. Ibu membuat penyesuaian yang sangat besar baik tubuh dan psikisnya, mengalami stimulasi dan kegembiraan yang luar biasa. Menjalani proses tekanan untuk cepat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya. Ibu merasa memiliki tanggung jawab yang luar biasa pada dirinya sebagai ibu. Tidak mengherankan apabila ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan sesekali mengalami kerepotan.

Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Pada saat yang sama, ibu baru mungkin frustasi karena merasa tidak kompeten dan tidak mampu mengontrol situasi. Semua wanita mengalami perubahan ini. Tetapi intensitas dan koping terbaik apa yang dilakukan wanita tertentu pada perubahan ini dapat bervariasi tergantung pada tempat ia tinggal. Dirumah, wanita belajar membuat penyesuaian dalam keamanan dan kenyamanan lingkungan sendiri, Ia berusaha mengendalikannya. Kelahiran bayimerupakan peristiwa yang diantisipasi yang sangat diinginkan.

Perawatan yang perlu bagi bayi membawa perubahan dalam kehidupan ibu, ayah, dan anggota keluarga lainnya. Menjadi orang tua adalah pengalaman yang kompleks dipengaruhi oleh kehidupan, masyarakat dan harapan dari orang tua sendiri. Ikatan antara ibu dan bayi yaitu terciptanya hubungan antara ibu dan anak dalam masa dini neonatus.

Peran bidan untuk menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi adalah:
Dorong orant tua untuk memegang dan memeriksa bayinya
Beri komentar positif tentang bayinya
Meletakkan bayi disamping ibu
Beri kesempatan orang tua bersama bayi
Redupkan cahaya lampu ruangan
Perilaku normal orang tua untuk menyentuh bayinya ialah:
Meraba atau menyentuh anggota badan bayi serta kepala dengan ujung jari
Mengusap tubuh bayi dengan telapak tangan
Menggendong bayi di lengan dengan memposisikan bayi sehingga matanya bertatapan langsung dengan ibu.

Perilaku orang tua yang merupakan tanda-tanda yang harus diwaspadai:
Sikap bermusuhan
Tidak ada interaksi
Komentar negatif tentang bayi
Kekecewaan dengan jenis kelamin bayi

B. Post Partum Blues
Merupakan sebagian besar gejala psikologis yang dialami wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Fenomena post partum awal atau baby blues merupakan sekuel umum kelahiran bayi, terjadi hingga 70% pada wanita. Berbagai penyebab telah diteliti, termasuk lingkunngan kelahiran yang tidak mendukung, perubahan hormon yang cepat, atau keraguan terhadap peran baru.

Tanda dan gejalanya adalah:
Sangat emosional
Sedih dan khawatir
Mudah tersinggung dan cemas
mudah marah dan sedih tanpa sebab
Mudah menangis

Penyebabnya adalah berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita selama kehamilan, dan perubahan cara hidupnya sesudah mempunyai bayi. Perubahan hormonal yang cepat sementara tubuh kembali pada keadaan tidak hamil dan sementara proses menyusui telah terjadi. Adanya perasaan suatu kehilangan secara fisik sesudah melahirkan yang menjurus pada suatu reaksi perasaan sedih. Kemurungan dapat menjadi makin parah oleh adanya ketidaknyamanan jasmani, rasa letih, stress, atau kecemasan yang tak diharapkan karena adanya ketegangan dalam keluarga atau adanya cara penangananyang tidak peka oleh para petugas.

Post partum blues biasanya dimulai dari beberapa hari setelah kelahiran dan selesai apda hari ke 10 sampai hari ke 14.
Karaketeristik post partum blues meliputi:
· Menangis
· Merasa letih karena melahirkan
· Agistasi atau gelisah
· Perubahan alam perasaan
· Manarik diri dan reaksi negatif terhadap anak atau keluarga
· Karena melahirkan digambarkan sebagai pengalaman puncak, ibu baru mungkin merasa perawatan dirinya tidak adekuat, atau tidak mendapat perawatan yang tepat
· Bayangan kelahiran tidak sesuai dengan apa yang dialami

Kunci untuk mendukung wanita melalui periode ini adalah:
· Dukungan yang konsisten dari keluarga dan pemberi perawatan
· Meyakinkan kembali bahwa ia tidak menjadi gila
· Memberikan kesempatan untuk istirahat
· Dukungan positif terhadap keberhasilannya menjadi orang tua dapat membantu memulihkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.

Ibu yang berisiko tinggi yang mempunyai reaksi psikologis lebih parah dari kemurungan masa nifas adalah:
· Ibu yang sebelumnya pernah mengalami depresi/tekanan jiwa
· Ibu yang rasa percaya dirinya rendah
· Ibu yang tidak mempunyai akses dukungan
· Ibu yang bayinya meninggal atau menyandang masalah

Tanda dan gejala ibu yang mengalami reaksi yang lebih parah dari kemurungan masa nifas adalah:
· Tidak bisa tidur atau tidak nafsu makan
· Merasa bahwa ia tidak dapat merawat dirinya sendiri atau bayinya
· Seolah-olah mendengar suara atau tidak dapat berfikir dengan jernih
· Berperilaku aneh
· Kehilangan sentuhan/hubungan dengan kenyataan
· Adanya halusinasi/ khayalan
· Menyangkal bahwa bayi yang dilahirkan adalah anaknya
Ibu-ibu yang mengalami ini harus mendapat penanganan khusus.

C. Kesedihan dan Duka Cita
Berduka adalah akhir dari yang lain dari kontinium kemungkinan emosi yang berat pada masa menyusui anak. Berduka yang paling besar adalah disebabkan karena kematian bayi meskipun kematian terjadi saat kehamilan. Bidan harus memahami psikologis ibu dan ayah untuk membantu mereka melalui pasca berduka dengan cara yang sehat.

Berduka adalah respon psikologis terhadap kehilangan. Proses berduka terdiri dari tahap atau fase identifikasi respon tersebut. Tugas berduka, istilah ini diciptakan oleh Lidermann, menunjukkan tugas bergerak melalui tahap proses berduka dalam menentukan hubungan baru yang signifikan. Berduka adalah proses normal, dan tugas berduka penting agar berduka tetap normal. Kegagalan untuk melakukan tugas berduka, biasanya disebabkan keinginan untuk menghindari nyeri yang sangat berat dan stress serta ekspresi yang penuh emosi. Seringkali menyebabkan reaksi berduka abnormal atau patologis.

Proses berduka sangat bervariasi, bergantung pada apa yang hilang, persepsi dan keterlibatan individual apapun yang hilang tersebut. Kehilangan dapat memiliki rentang dari pembatalan kegiatan yang direncanakan (contohnya piknik, perjalanan atau pesta) hingga kematian orang yang dicintai. seberapa berat kehilangan bergantung pada persepsi individu yang menderita kehilangan. Contohnya kematian dapat menimbulkan respon berduka yang ringan atau berat bergantung pada hubungan dan keterlibatan individu dengan orang yang meninggal.

Kehilangan matematis termasuk hal yang dialami oleh wanita yang mengalami infertilitas yang meliputi kehilangan bayi (aborsi, keguguran, lahir mati, memberikan bayi untuk diadopsi), yang mendapatkan bayi yang dapat terus menerus hidup tapi kehilangan harapan (karena prematuritas, abnornalitas kongenital), dan kehilangan yang dibahas sebagai faktor kausatif post partum blues (kehilangan keintiman internal dengan bayinya, hilangnya perhatian).

Tahap-tahap berduka:
Syok
Merupakan respon awal individu terhadap kehilangan. Manifestasi perilaku dan perasaan meliputi: penyangkalan, ketidakpercayaan, putus asa, ketakutan, ansietas, rasa bersalah, kekosongan, kesendirian, kesepian, isolasi, mati rasa, intoversi (memikirkan dirinya sendiri) tidak rasional, bermusuhan, kebencian, kegetiran, kewaspadaan akut, kurang inisiatif, tindakan mekanis, mengasingkan diri, berkhianat, frustasi, memberontak dan kurang konsentrasi.
Manifestasi klinis:;
· Gel distress somatik yang berlangsung selama 20 – 60 menit
· Menghela nafas panjang
· Penurunan berat badan
· Anoreksia, tidur tidak tenang, keletihan, dan gelisah
· Penampilan kurus dan tampak lesu
· Rasa penuh ditenggorokan, tersedak, nafas pendek, nyeri dada, gemetaran internal
· Kelemahan umum dan kelemahan tertentu apda tungkai



Berduka
Ada penderitaan, fase realitas. Penerimaan terhadap fakta kehilangan dan upaya terhadap realitas yang harus ia lakukan terjadi selama periode ini. Contohnya orang yang berduka menyesuaikan diri dengan ligkungan tanpa ada orang yang disayangi atau menerima fakta adanya pembuatan penyesuaian yang diperlukan dalam kehidupan dan membuat perencanaan karena adanya deformitas.
Nyeri karena kehilangan dirasakan secara menyeluruh dalam realitas yang memanjang dan dalam ingatan setiap hari, setiap saat dan peristiwa yang mengingatkan. Ekspresi emosi yang penuh penting untuk resolusi yang sehat. Menangis adalah salah satu bentuk pelepasan yang umum.
Selain masa ini, kehidupan orang yang berduka terus berlanjut. Saat inidividu terus, melanjutkan tugas berduka. Dominasi kehilangna secara bertahap menjadi ansietas terhadap masa depan.

Resolusi
Fase menentukan hubungan baru yang bermakna. Selama periode ini seseorang yang berduka menerima kehilangan, penyesuaian telah komplet dan individu kembali pada fungsinya secara penuh. Kemajuan ini berasal dari penanaman kembali emosi seseorang pada hubungan lain yang bermakna. Manifestasi perilaku reaksi berduka abnormal atau patologis meliputi:
· Menghindari dan distorsi pernyataan emosi berduka normal
· Depresi agitasi, kondisi psikosomatik, mengalami gejala penyakit menular atau terakhir yang diderita orang yang meninggal
· Aktivitas yang merusak keberadaan sosial ekonomi individu
· Mengalami kehilangan pola interaksi sosial
Tanggung jawab utama bidan dalam peristiwa kehilangan adalah membagi informasi tersebut dengan orang tua. Bidan juga harus mendorong dan menciptakan lingkungan yang aman untuk pengungkapan emosi berduka. Jika kehilangan terjadi pada awal kehamilan. Bidan dapat dipanggil untuk berpartisipasi dalam perawatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar